Jumat, 26 Januari 2018

Tips Membuat Artikel Dimuat Koran/Surat Kabar

Beberapa waktu lalu, sempat diberikan tugas oleh dosen untuk menulis dan menerbitkan tulisan di koran. Setelah mencoba, ternyata tugas ini menantang juga ya. Hehe. Faktanya tidak begitu mudah untuk bisa berhasil melihat tulisan kita masuk di dalam sebuah media cetak seperti itu. Waktu berjuang agar tulisan masuk ke koran, sedih rasanya kalau ingat koran biasanya dipakai untuk bungkus tempe dan lain-lain. 😃

Setelah menulis beberapa artikel dan dimuat di koran, akhirnya saya sedikit banyak tahu bagaimana caranya membuat tulisan yang menarik perhatian redaksi untuk dimuat. Namun kembali lagi, saya baru berhasil memasukkan sebanyak lima artikel sehingga sebenarnya pengalaman ini masih belum cukup untuk membuat tulisan tips seperti ini. Terlepas dari itu, harapan saya semoga apa yang saya sharing-kan ini akan bermanfaat.

1.   Cari dulu referensi koran yang akan menjadi target pengiriman artikel kita. Untuk pemula, sebaiknya memilih koran daerah/lokal karena tingkat kompetisi dengan penulis lain tidak setinggi ketika kita memilih koran nasional. Tapi jangan salah, ada beberapa koran daerah yang juga memiliki tingkat persaingan tinggi karena di wilayah tersebut ada banyak sekali tokoh akademisi, tidak hanya praktisi. Contohnya Solopos dan Kedaulatan Rakyat. Di wilayah koran ini, banyak sekali profesor dan doktor yang sering mengirimkan opininya. Jadi, ini perlu dipertimbangkan untuk memilih sasaran koran.

Sebagai info tambahan, meskipun beberapa koran adalah koran daerah, tapi mereka juga menerima kontributor artikel dari daerah lain. Untuk itu, bisa saja kita memilih koran daerah lain (beda kota/provinsi) untuk dijadikan tujuan. Saran saya juga, untuk yang masih ingin memeroleh pengalaman menulis, jangan terlalu terpaku untuk mencari koran yang memberikan honor untuk kontributornya. Koran seperti itu bisa kita tuju setelah kita memiliki beberapa pengalaman terbit. Umumnya, koran yang memberikan honor adalah koran nasional atau koran daerah yang memang sangat selektif dengan artikel yang masuk sehingga kita butuh jam terbang yang tinggi dulu agar lihai dalam menulis.

2.      Untuk yang tidak ingin atau limited budget untuk berlangganan koran tersebut, pastikan bahwa koran yang menjadi target pengiriman menyediakan e-paper (versi digital koran yang persis dengan koran cetaknya, bukan aplikasi koran). Ada banyak koran yang menyediakan e-paper, baik secara gratis maupun berbayar, baik koran nasional maupun koran daerah. Tujuannya adalah agar kita bisa dengan mudah mengecek apakah artikel kita sudah dimuat atau belum. Sebagian besar koran tidak memberitahukan apakah artikel kita akan/telah dimuat atau tidak. Sejauh yang saya tahu, hanya Kompas yang memberitahukan diterima atau ditolaknya artikel yang kita kirim. Selain itu, kita harus aktif mengecek sendiri ke koran yang terbit selama jangka waktu tertentu. Tapi sekali lagi, Kompas adalah salah satu koran nasional dan sangat 'pemilih' dalam hal konten.

3.      Pelajari model tulisan/opini/artikel yang dimuat di dalam koran yang dituju. Kita bisa melihatnya di rubrik Opini/Gagasan/Wacana/istilah lainnya yang dipakai di koran tersebut. Yang perlu kita perhatikan seperti gaya bahasa, topik-topik yang dibahas, cara untuk men-submit, panjang artikel yang diharapkan redaksi (jumlah kata/huruf), jangka waktu menunggu kepastian pemuatan artikel, informasi pendukung yang perlu dilampirkan, dan lain-lain. Ini adalah contoh beberapa informasi untuk yang ingin mengirimkan artikel ke koran.



4.    Sebelum menulis, perhatikan topik-topik yang dibahas selama beberapa hari di koran tersebut. Artinya, itu adalah topik yang sedang panas diperbincangkan baik secara umum maupun secara khusus oleh koran tersebut. Angkat isu tersebut sebagai topik tulisan. Jika kita memiliki bidang tersendiri yang kita kuasai, kita bisa menghubungkan isu yang sedang hangat tersebut dengan bidang kita. Caranya dengan membuat pembahasan terkait topik tersebut dari perspektif bidang kita. Kesesuaian antara bidang kita dengan topik artikel juga menjadi pertimbangan redaksi dalam menerima artikel.

5.    Tulis artikel secepatnya. Jangan menunda tulisan terlalu lama dari saat koran membahas isu-isu yang kita acu. Semakin lama kita menulis dan mengirimkannya, semakin basi topik tersebut dan semakin besar kemungkinan redaksi tidak tertarik untuk membahasnya lagi. Akan tetapi, jika sebuah isu sedang banyak dibahas, artinya juga banyak orang yang sedang ingin menjadikannya bahan tulisan. Cara agar tulisan kita tetap menarik daripada tulisan lain dengan topik yang sama adalah dengan membahas secara lebih tajam dan inovatif lewat bidang kita.

Kita perlu ingat juga bahwa untuk tahu apakah artikel kita dimuat atau tidak, kita membutuhkan kurang lebih 2 minggu sejak pengiriman. Jadi kita harus mempertimbangkan jarak waktu antara gencarnya pembahasan topik tersebut dengan kemungkinan batas waktu penerimaan artikelnya.

Dalam menuliskan artikel, jangan lupa untuk melakukan review beberapa kali dengan mengecek kesesuaian tulisan kita dengan ketentuan penulisan yang ditetapkan koran. Upayakan untuk menulis sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI, dulu EYD) dan hindari kesalahan ejaan. Catatan penting ketika menulis adalah jangan sampai plagiat karena ini akan menjadi ‘malapetaka’ untuk diri kita sendiri, misalnya tulisan kita akan ditolak atau diblokir oleh koran yang kita kirimi sehingga berapapun tulisan yang kita kirimkan tidak akan diterima.

Untuk tips penulisan artikel yang lebih detail, saya rekomendasikan teman-teman untuk membaca artikel ini Tips Menulis Opini Layak Terbit di Koran.

6.  Kirimkan artikel dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan pengiriman. Umumnya, redaksi akan meminta kontributor untuk melampirkan scan kartu identitas, foto penulis, dan curriculum vitae. Berikan kata pengantar di badan e-mail agar lebih lengkap dan afdol. Tentunya jangan lupa berikan subjek e-mail yang spesifik, yang menunjukkan rubrik yang kita tuju. Contohnya: “Artikel Opini – Nama”. Terlepas dari itu, biasanya redaksi memang menyediakan tersendiri e-mail khusus untuk mengirimkan artikel/opini sehingga tidak perlu khawatir artikel kita tidak tersampaikan dengan benar (subjek dengan keterangan tersebut untuk jaga-jaga).

7.   Tunggu paling tidak 2-3 minggu sejak kita mengirimkan artikel tersebut untuk memastikan apakah artikel kita dimuat atau tidak. Ada beberapa koran yang memberitahu batas waktu pemuatan ada yang tidak. Jika tidak, maka kita sebaiknya menunggu sekitar 2-3 minggu tersebut.

8.    Berdo’a agar tulisan kita dimuat.

Menulis itu adalah perihal inspirasi, mood, dan gaya penyampaian kita. Kalau salah satu dari ketiganya tidak ada, maka akan sulit untuk menghasilkan tulisan yang menarik. Maka dari itu, timing dan latihan menjadi kunci penting untuk kita menulis. Kita sebaiknya memilih waktu yang benar-benar tepat untuk menulis agar tulisan kita bisa lebih mengalir dan mudah dibaca. Selain waktu, kita juga membutuhkan banyak latihan. Oleh karena itu, kita tidak boleh mudah menyerah ketika tulisan kita gagal dimuat. Kegagalan dimuat menjadi latihan bagi kita untuk terbiasa menulis dan menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi. Yang penting juga, perbaikan dalam menulis diawali dulu dengan sering membaca, minimal artikel-artikel yang sudah dimuat di koran yang kita tuju. Kita juga bisa mengirimkan artikel yang tidak dimuat di koran A ke koran B, tentunya setelah memastikan bahwa artikel tersebut benar-benar tidak akan dimuat di koran A.

Jadi, yang ingin menulis di koran, ganbatte!

13 komentar:

  1. Mbak bagaimana cara membuat blog seperti ini ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada banyak cara yang bisa ditemukan di Google kak. Silakan search "Cara membuat blog di blogspot."

      Hapus
  2. Mbak bagaimana cara membuat artikel yang dimuat disurat kabar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di antara konten tulisan di atas ada beberapa tentang tips menulis artikel untuk surat kabar kak.

      Hapus
  3. ok...aku belum pernah tuh bikin arrikel buat koran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat mencoba kak :) di atas ada beberapa tipsnya

      Hapus
  4. Saya ingin membuat artikel di koran. Tapi harus lewat mana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan mengecek kolom Wacana/Opini/Gagasan yang tersedia di surat kabar. Umumnya ada informasi cara dan alamat email bagi yang ingin mengirimkan tulisan ke media tersebut.

      Hapus
  5. mba boleh saya baca artikel yang pernah mba buat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan bisa dicek di kolom http://lufimursita.blogspot.com/p/tulisan-di-media-massa.html kak. Mohon maaf mungkin masih banyak kekurangannya. Terima kasih.

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Biasanya disebut topik yang masih panas tuh kira kira sampai jarak berapa hari kak?

    BalasHapus
  8. Kebetulan di tugaskan dosen juga buat publish opini ke media cetak,Makasih mas Informasinya Sukses selalu !

    BalasHapus