Beberapa waktu
lalu, sempat diberikan tugas oleh dosen untuk menulis dan menerbitkan tulisan
di koran. Setelah mencoba, ternyata tugas ini menantang juga ya. Hehe. Faktanya
tidak begitu mudah untuk bisa berhasil melihat tulisan kita masuk di dalam
sebuah media cetak seperti itu. Waktu berjuang agar tulisan masuk ke koran,
sedih rasanya kalau ingat koran biasanya dipakai untuk bungkus tempe dan
lain-lain. 😃
Setelah menulis
beberapa artikel dan dimuat di koran, akhirnya saya sedikit banyak tahu
bagaimana caranya membuat tulisan yang menarik perhatian redaksi untuk dimuat.
Namun kembali lagi, saya baru berhasil memasukkan sebanyak lima artikel
sehingga sebenarnya pengalaman ini masih belum cukup untuk membuat tulisan tips
seperti ini. Terlepas dari itu, harapan saya semoga apa yang saya sharing-kan
ini akan bermanfaat.
1. Cari dulu referensi koran yang akan menjadi target
pengiriman artikel kita. Untuk pemula, sebaiknya memilih koran daerah/lokal
karena tingkat kompetisi dengan penulis lain tidak setinggi ketika kita memilih
koran nasional. Tapi jangan salah, ada beberapa koran daerah yang juga memiliki
tingkat persaingan tinggi karena di wilayah tersebut ada banyak sekali tokoh
akademisi, tidak hanya praktisi. Contohnya Solopos dan Kedaulatan Rakyat. Di
wilayah koran ini, banyak sekali profesor dan doktor yang sering mengirimkan
opininya. Jadi, ini perlu dipertimbangkan untuk memilih sasaran koran.
Sebagai info
tambahan, meskipun beberapa koran adalah koran daerah, tapi mereka juga
menerima kontributor artikel dari daerah lain. Untuk itu, bisa saja kita
memilih koran daerah lain (beda kota/provinsi) untuk dijadikan tujuan. Saran
saya juga, untuk yang masih ingin memeroleh pengalaman menulis, jangan terlalu
terpaku untuk mencari koran yang memberikan honor untuk kontributornya. Koran
seperti itu bisa kita tuju setelah kita memiliki beberapa pengalaman terbit.
Umumnya, koran yang memberikan honor adalah koran nasional atau koran daerah
yang memang sangat selektif dengan artikel yang masuk sehingga kita butuh jam
terbang yang tinggi dulu agar lihai dalam menulis.
2.
Untuk yang tidak ingin atau limited budget
untuk berlangganan koran tersebut, pastikan bahwa koran yang menjadi target
pengiriman menyediakan e-paper (versi digital koran yang persis dengan
koran cetaknya, bukan aplikasi koran). Ada banyak koran yang menyediakan e-paper,
baik secara gratis maupun berbayar, baik koran nasional maupun koran daerah. Tujuannya
adalah agar kita bisa dengan mudah mengecek apakah artikel kita sudah dimuat
atau belum. Sebagian besar koran tidak memberitahukan apakah artikel kita
akan/telah dimuat atau tidak. Sejauh yang saya tahu, hanya Kompas yang
memberitahukan diterima atau ditolaknya artikel yang kita kirim. Selain itu,
kita harus aktif mengecek sendiri ke koran yang terbit selama jangka waktu
tertentu. Tapi sekali lagi, Kompas adalah salah satu koran nasional dan sangat
'pemilih' dalam hal konten.
3.
Pelajari model tulisan/opini/artikel yang dimuat di
dalam koran yang dituju. Kita bisa melihatnya di rubrik
Opini/Gagasan/Wacana/istilah lainnya yang dipakai di koran tersebut. Yang perlu
kita perhatikan seperti gaya bahasa, topik-topik yang dibahas, cara untuk men-submit,
panjang artikel yang diharapkan redaksi (jumlah kata/huruf), jangka waktu
menunggu kepastian pemuatan artikel, informasi pendukung yang perlu
dilampirkan, dan lain-lain. Ini adalah contoh beberapa informasi untuk yang
ingin mengirimkan artikel ke koran.
4. Sebelum menulis, perhatikan topik-topik yang dibahas
selama beberapa hari di koran tersebut. Artinya, itu adalah topik yang sedang
panas diperbincangkan baik secara umum maupun secara khusus oleh koran
tersebut. Angkat isu tersebut sebagai topik tulisan. Jika kita memiliki bidang
tersendiri yang kita kuasai, kita bisa menghubungkan isu yang sedang hangat
tersebut dengan bidang kita. Caranya dengan membuat pembahasan terkait topik
tersebut dari perspektif bidang kita. Kesesuaian antara bidang kita dengan
topik artikel juga menjadi pertimbangan redaksi dalam menerima artikel.
5. Tulis artikel secepatnya. Jangan menunda tulisan
terlalu lama dari saat koran membahas isu-isu yang kita acu. Semakin lama kita
menulis dan mengirimkannya, semakin basi topik tersebut dan semakin besar
kemungkinan redaksi tidak tertarik untuk membahasnya lagi. Akan tetapi, jika
sebuah isu sedang banyak dibahas, artinya juga banyak orang yang sedang ingin
menjadikannya bahan tulisan. Cara agar tulisan kita tetap menarik daripada
tulisan lain dengan topik yang sama adalah dengan membahas secara lebih tajam
dan inovatif lewat bidang kita.
Kita perlu
ingat juga bahwa untuk tahu apakah artikel kita dimuat atau tidak, kita
membutuhkan kurang lebih 2 minggu sejak pengiriman. Jadi kita harus
mempertimbangkan jarak waktu antara gencarnya pembahasan topik tersebut dengan
kemungkinan batas waktu penerimaan artikelnya.
Dalam
menuliskan artikel, jangan lupa untuk melakukan review beberapa kali
dengan mengecek kesesuaian tulisan kita dengan ketentuan penulisan yang
ditetapkan koran. Upayakan untuk menulis sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI, dulu EYD) dan hindari kesalahan ejaan. Catatan penting
ketika menulis adalah jangan sampai plagiat karena ini akan menjadi
‘malapetaka’ untuk diri kita sendiri, misalnya tulisan kita akan ditolak atau
diblokir oleh koran yang kita kirimi sehingga berapapun tulisan yang kita
kirimkan tidak akan diterima.
Untuk tips
penulisan artikel yang lebih detail, saya rekomendasikan teman-teman untuk
membaca artikel ini Tips Menulis Opini Layak Terbit di Koran.
6. Kirimkan artikel dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan pengiriman. Umumnya, redaksi akan meminta kontributor untuk
melampirkan scan kartu identitas, foto penulis, dan curriculum vitae.
Berikan kata pengantar di badan e-mail agar lebih lengkap dan afdol.
Tentunya jangan lupa berikan subjek e-mail yang spesifik, yang
menunjukkan rubrik yang kita tuju. Contohnya: “Artikel Opini – Nama”. Terlepas
dari itu, biasanya redaksi memang menyediakan tersendiri e-mail khusus
untuk mengirimkan artikel/opini sehingga tidak perlu khawatir artikel kita
tidak tersampaikan dengan benar (subjek dengan keterangan tersebut untuk
jaga-jaga).
7. Tunggu paling tidak 2-3 minggu sejak kita mengirimkan
artikel tersebut untuk memastikan apakah artikel kita dimuat atau tidak. Ada
beberapa koran yang memberitahu batas waktu pemuatan ada yang tidak. Jika
tidak, maka kita sebaiknya menunggu sekitar 2-3 minggu tersebut.
8. Berdo’a agar tulisan kita dimuat.
Menulis itu
adalah perihal inspirasi, mood, dan gaya penyampaian kita. Kalau salah
satu dari ketiganya tidak ada, maka akan sulit untuk menghasilkan tulisan yang
menarik. Maka dari itu, timing dan latihan menjadi kunci penting untuk
kita menulis. Kita sebaiknya memilih waktu yang benar-benar tepat untuk menulis
agar tulisan kita bisa lebih mengalir dan mudah dibaca. Selain waktu, kita juga
membutuhkan banyak latihan. Oleh karena itu, kita tidak boleh mudah menyerah
ketika tulisan kita gagal dimuat. Kegagalan dimuat menjadi latihan bagi kita
untuk terbiasa menulis dan menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi. Yang
penting juga, perbaikan dalam menulis diawali dulu dengan sering membaca,
minimal artikel-artikel yang sudah dimuat di koran yang kita tuju. Kita juga
bisa mengirimkan artikel yang tidak dimuat di koran A ke koran B, tentunya
setelah memastikan bahwa artikel tersebut benar-benar tidak akan dimuat di
koran A.
Jadi, yang ingin menulis di koran, ganbatte!
Mbak bagaimana cara membuat blog seperti ini ?
BalasHapusAda banyak cara yang bisa ditemukan di Google kak. Silakan search "Cara membuat blog di blogspot."
HapusMbak bagaimana cara membuat artikel yang dimuat disurat kabar
BalasHapusDi antara konten tulisan di atas ada beberapa tentang tips menulis artikel untuk surat kabar kak.
Hapusok...aku belum pernah tuh bikin arrikel buat koran
BalasHapusSelamat mencoba kak :) di atas ada beberapa tipsnya
HapusSaya ingin membuat artikel di koran. Tapi harus lewat mana.
BalasHapusSilakan mengecek kolom Wacana/Opini/Gagasan yang tersedia di surat kabar. Umumnya ada informasi cara dan alamat email bagi yang ingin mengirimkan tulisan ke media tersebut.
Hapusmba boleh saya baca artikel yang pernah mba buat?
BalasHapusSilakan bisa dicek di kolom http://lufimursita.blogspot.com/p/tulisan-di-media-massa.html kak. Mohon maaf mungkin masih banyak kekurangannya. Terima kasih.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBiasanya disebut topik yang masih panas tuh kira kira sampai jarak berapa hari kak?
BalasHapusKebetulan di tugaskan dosen juga buat publish opini ke media cetak,Makasih mas Informasinya Sukses selalu !
BalasHapus