IELTS (International English Language Testing System), seringkali menjadi momok bagi banyak orang ketika dijadikan syarat untuk mengikuti suatu hal, antara lain untuk studi lanjut atau memperoleh beasiswa. Hingga di akhir tahun 2022, saya tidak terpikirkan sama sekali untuk mengambil tes ini. Lebih tepatnya karena saya belum ada alasan yang mendorong perlunya punya sertifikat IELTS. Tentu saja yang di benak saya, tes ini memerlukan upaya belajar yang panjang dan tidak mudah.
Sebelumnya saya mengenal IELTS baru ketika menempuh pendidikan S2 di tahun 2018. Kala itu saya iseng mengikuti trial test di sebuah lembaga belajar bahasa di Yogyakarta untuk tahu seperti apa format IELTS meskipun belum memiliki target apapun. Paling tidak saya tahu bentuk tesnya meskipun hasilnya waktu itu juga belum bagus. Kesan saya, "menantang".
Di awal tahun 2023, saya mulai memikirkan perlunya belajar IELTS karena memiliki harapan untuk bisa mengikuti salah satu program yang diselenggarakan oleh Kemdikbudristek RI. Alhasil, mulailah saya belajar IELTS di Januari 2023. Alhamdulillah, skor yang saya dapatkan cukup baik untuk dapat digunakan mendaftar program, beasiswa, atau studi. Pengalaman inilah yang ingin saya bagikan ke teman-teman.
Bagaimana caranya bisa belajar IELTS dengan cepat dan efektif?
Disclaimer dulu, saya bukan ahli bahasa, sehingga di sini saya ingin sharing pengalaman belajar yang saya alami semata. Lebih spesifik, IELTS yang dibahas kali ini adalah Academic IELTS, alias IELTS yang digunakan untuk kebutuhan akademis (bukan IELTS General).
Logo IELTS (Sumber: wikimedia.org) |
Sebelum
lebih lanjut ke tips belajar IELTS, saya akan share dulu
sekilas format tesnya. IELTS terbagi menjadi empat komponen: listening, reading, writing,
dan speaking. Ya benar, tes ini mencakup semua komponen penting
dalam bahasa Inggris. Jadwal tes speaking dapat dipilih saat
mendaftar, yang pasti terpisah dengan tiga komponen lainnya. Tiga komponen
lainnya terjadwal sepaket (berurutan waktu, one sitting). Sementara
itu, untuk media tes bisa tersedia secara paper-based atau computer-based
dan hasil tes diwujudkan dalam bentuk band score mulai 0 sampai dengan
9,0 baik untuk masing-masing komponen maupun overall.
Penyelenggara resmi tes IELTS di Indonesia antara lain
IDP dan British Council. FYI, saya mengikuti computer-based test di IDP
Surabaya pada tanggal 13 Maret 2023. Biaya tes Rp3.150.000. Pendaftaran
dilakukan secara online melalui website IDP.
Saya mengikuti tes speaking lebih
dulu. Waktu itu tes speaking saya ikuti secara daring via
Zoom meeting di lokasi test center sebelum
tiga komponen lainnya. Beberapa teman saya yang pernah ikut tes ini
menyampaikan bahwa tes speaking bisa juga dilaksanakan
langsung face-to-face di test center. Tes speaking terbagi
menjadi tiga bagian yang berlangsung sekitar 15 menit dengan examiner seorang native speaker.
Tiga komponen IELTS berikutnya saya ikuti secara computer-based. Listening terdiri
dari 4 sesi dengan total 40 soal dan durasi 30 menit. Sesi reading terbagi
menjadi 3 sesi dengan 40 soal dan durasi 60 menit. Terakhir sesi writing memberikan
2 tugas yang dikerjakan selama 60 menit. Lebih lengkap mengenai format tes
IELTS, teman-teman dapat mengakses di sini (KLIK).
Ada lima hal yang saya lakukan untuk belajar IELTS
dalam waktu yang relatif singkat.
Pertama, memahami bahwa IELTS adalah tes bahasa yang
memerlukan pembiasaan. Kuncinya adalah memperbanyak latihan. Alasannya tidak lain
karena tes ini memiliki ragam bentuk soal yang membutuhkan proses latihan untuk
memahami cara menjawabnya. Dengan kata lain, latihan soal adalah wajib untuk
para test taker sebelum mengambil real test. Latihan soal dapat
dilakukan dengan media apa pun. Personally, saya merekomendasikan Youtube
sebagia nomor satu karena Youtube menyediakan berbagai format latihan dan juga
tips-tips praktis penyelesaian soal. Lebih spesifik, komponen reading
dan listening dapat secara efektif diasah lewat latihan di media ini. Salah
satu bentuk konten yang sangat bermanfaat adalah latihan soal di mana kita
disituasikan menjadi test taker dengan durasi yang sesuai real test.
Selanjutnya di akhir video, kita akan diberikan kunci jawaban yang bisa kita gunakan
untuk evaluasi mandiri dan kita tentukan skornya. Sering melakukan latihan soal dengan konten seperti ini membantu kita mempertajam kemampuan menganalisis soal.
Latihan/simulasi IELTS juga membantu untuk bisa
berstrategi dalam mengerjakan soal, mengatur ritme pengerjaan, dan meningkatkan
ketelitian. Terdapat buku-buku online untuk latihan IELTS yang sering
dipakai, antara lain buku keluaran University of Cambridge atau dari lembaga
bahasa lain di dalam negeri.
Kedua, memanfaatkan podcast di Spotify untuk meningkatkan
skill listening dan speaking. Bagi saya, Spotify sangat berjasa dalam
meng-improve kemampuan listening saya yang sangat kurang. Saya mendengarkan
3-5 konten dalam sehari selama sebulan hingga menjelang hari tes. Ada beberapa channel
yang memang dibuat khusus untuk pembelajar IELTS, misalnya IELTS for Success
(yang juga tersedia di Youtube). Channel ini mengenalkan kosakata-kosakata
yang spesifik perlu dimiliki ketika membahas sebuah topik. Di tes speaking IELTS,
digunakan topik spesifik yang menuntut test taker bisa menjawab dan
menggunakan kosakata relevan untuk mencapai skor yang bagus. Misalnya ketika
dibahas topik “school” maka setidaknya kita bisa me-recall kosakata seperti
nama-nama alat tulis, nama mata pelajaran/kuliah, ruang-ruang di
sekolah/kampus, dan seterusnya. Jadi channel ini sangat tepat untuk sumber
belajar, terlebih dia juga menyediakan transcript yang membantu ketika
kita kesulitan mengenali kata yang digunakan speaker. Selain melatih listening,
kebiasaan mendengarkan podcast ini juga melatih kita untuk brainstorming/recall
kosakata untuk speaking. Selain podcast di Spotify, saya juga
memanfaatkan channel Youtube berbasis bahasa Inggris, seperti BBC
Learning English dan CNBC, untuk membuat diri saya semakin familiar dengan
ragam topik.
Ketiga, menyimak dan take a lesson dari sample essay
IELTS untuk meningkatkan kemampuan writing. Jujur bagi saya, writing ini
adalah bagian yang tersusah, selain speaking, di dalam IELTS Academic.
Tidak lain karena ukuran kemampuan akademik untuk lanjut studi biasanya
menuntut skor writing yang lebih tinggi dibandingkan komponen lainnya. Untuk
mengasah kemampuan ini, saya belajar dari sample-sample essay yang
tersedia di internet atau buku online. Yang saya pelajari dari sampel
tersebut antara lain struktur penulisan dan bahasa yang digunakan. Struktur
adalah aspek penting dalam tulisan akademis karena menunjukkan garis besar isi essay:
membahas apa di paragraf 1, apa lanjutannya di paragraf 2, dan apa isi paragraf
3. Bahasa yang digunakan juga menentukan skor writing: keluwesan bahasa,
pilihan kata yang digunakan, dan keterhubungan antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya. Di dalam IELTS ada rubrik penilaian yang bisa diacu untuk menentukan
tulisan yang seperti apa yang akan memperoleh skor yang tinggi.
Keempat, latihan mengetik/menulis dengan cepat dan presisi. Karena
ada batasan waktu dalam mengerjakan IELTS, tentu kita harus berlatih berpacu
dengan waktu. Khusus untuk writing, perlombaan ini menjadi lebih menantang
karena pekerjaan menulis adalah sesuatu yang kompleks. Kita membutuhkan kecepatan
untuk memahami instruksi, menyiapkan garis besar tulisan, dan mengeksekusinya
hingga menjadi tulisan utuh dalam waktu 60 menit. Dalam prosesnya, typo
atau ketidaktepatan tanda baca dapat memengaruhi skor yang akan kita dapatkan. Jadi,
banyak faktor yang bisa diasah dalam proses latihan writing: selain perencanaan
konten, juga ketepatan penulisan menurut tata bahasa. Karenanya, latihan mengetik/menulis
cepat dan presisi adalah kuncinya. Saya merekomendasikan teman-teman yang
mengambil computer-based untuk tidak gagap dalam memanfaatkan keyboard
selama tes writing. Selain writing, komponen lain yang memerlukan peran keyboard adalah listening, yakni test taker harus menuliskan jawaban dengan cepat dan tepat di beberapa jenis soal.
Kelima, sering berlatih speaking serta meminta feedback.
Untuk active English, kita memerlukan peran orang lain untuk membantu
kita belajar. Speaking test di IELTS adalah tes yang berbasis wawancara
atau tanya jawab. Karenanya, adanya feedback dari orang lain ketika latihan
dapat membantu kita improve lebih cepat. Ada beberapa cara yang bisa diambil
untuk bisa belajar dengan teman: belajar bersama teman dekat dan belajar dari
tutor. Saya pribadi melakukan keduanya. Saya belajar banyak dari teman saya
yang jago IELTS. Di latihan bersama teman saya ini, saya bersimulasi membahas
topik-topik baik di speaking test part 1, 2, maupun 3. Belajar dari
teman membuat saya lebih leluasa karena saya tidak terlalu sungkan/malu ketika melakukan
kesalahan. Di samping itu, saya juga belajar lewat tutor dengan mengikuti kursus
online khusus untuk writing dan speaking. Lewat pembelajaran
terstruktur ini, saya mengetahui progres belajar saya dari tutor yang selalu memberikan
skor untuk tiap latihan. BTW bagi teman-teman yang mungkin penasaran dengan kursus
online-nya, saya mengambil di @elfeducation (bisa di-search di Instagram). Personally saya
merekomendasikan tempat ini untuk belajar writing dan speaking.
Demikianlah sharing tips belajar IELTS dengan
cepat dan efektif versi saya. Saya menyiapkan tes IELTS kurang lebih selama 1,5
bulan dan alhamdulillah dengan cara ini, saya memperoleh skor 7,5 overall:
8,5 untuk listening, 7,0 untuk writing dan reading, serta 6,5
untuk speaking. Meskipun bukan skor tertinggi dalam IELTS, tapi saya sudah
bersyukur sekali karena skor tersebut mengantarkan saya memperoleh beasiswa doktoral
luar negeri dari LPDP dan LoA dari kampus impian saya (tentang ini akan saya sharing-kan
di lain kesempatan ya).
Lewat tulisan ini, saya juga ingin mengucapkan terima
kasih untuk teman saya, Mbak Vivi, yang membantu banyak ketika berlatih IELTS.
Terima kasih untuk teman-teman yang sudah mampir membaca blog ini. Semoga ada manfaat yang bisa teman-teman peroleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar