Minggu, 04 Agustus 2024

Fakta Unik Kota Perth: Kota yang Ayem Tentrem

Apa kabar, teman-teman? Terima kasih sudah mampir di blog ini ya! Di kesempatan menulis ini, saya ingin sharing tentang pengalaman datang dan menjadi penduduk sementara kota Perth yang merupakan ibukota state Western Australia, tempat saya menjalani studi S3.

Ketika saya menulis artikel ini, saya telah tinggal di Perth selama tiga bulan. Kesannya secara umum: menyenangkan dan tenang. Kota ini punya kesan yang tenteram dan ramah bagi pendatang. Di tulisan ini saya akan berbagi tentang beberapa hal unik yang saya temui di kota ini.

Disclaimer: Saya belum pernah ke state Australia yang lain. Jadi bisa saja fakta yang saya temui di Perth ini memang berlaku juga di states/kota-kota lain di Australia maupun di luar Australia ya. Semoga suatu saat saya juga bisa mengunjungi kota lain. 

Elizabeth Quay (sumber: dokumentasi pribadi)

Bus Transperth (sumber: dokumentasi pribadi)

Pertama, perihal transportasi umum.

  • Alat pembayaran transportasi umum (bus, kereta, dan ferry) cenderung terintegrasi. Untuk membayar, penumpang menggunakan single card bernama SmartRider. Sejauh ini tidak ada jenis kartu transportasi lain yang ditawarkan. Beda sekali dengan, misalnya, Korea Selatan yang punya banyak pilihan e-money untuk pembayaran transportasi sekaligus belanja. SmartRider selain menjadi satu-satunya alat pembayaran untuk transportasi umum, kartu ini tidak bisa digunakan untuk berbelanja. Untuk belanja, kita bisa menggunakan tap debit card.
  • Bus umum di Western Australia memiliki desain dan warna yang sama, yakni warna abu-abu dengan garis berwarna hijau emerald. Ini sangat berbeda dengan bus di Jepang atau Korea Selatan (misalnya, negara yang terakhir saya kunjungi) yang cenderung punya desain dan warna beragam, belum lagi jika ada iklan yang disertakan di badan bus. Bus di Perth jarang digunakan untuk media promosi yang sampai menutupi seluruh badan bus. Selain bus berbayar, ada juga bus gratis dengan desain khusus yang disebut CAT (Central Area Transit) yang beroperasi di dalam kota.
  • Driver bus sangat ramah dan sering menyapa atau membalas sapaan ketika penumpang baru naik dan ketika akan turun. Ini culture yang saya sangat sukai ketika naik bus.
  • Yang menyenangkan dari menggunakan bus di Perth adalah ada concession (potongan) untuk student dan bebas biaya untuk perjalanan ke mana saja di hari Minggu.
  • Jika ingin naik bus, kita harus melambaikan tangan di bus stop sebagai penanda bahwa kita ingin naik sehingga bus akan berhenti. Jadi, bus tidak akan berhenti di setiap bus stop, kecuali ada yang melambaikan tangan.
  • Bus di Perth (kecuali CAT) tidak menyediakan informasi nama next bus stop, sehingga bagi yang belum hafal tempat turun, sebaiknya mantengi Google maps atau aplikasi Transperth-nya agar tidak kebablasan atau keliru bus stop untuk turun. 

Belanja Pertama di Kmart, Sahabat Mahasiswa (sumber: dokumentasi pribadi)

Kedua, perdagangan.

  • Semua merchant menyediakan pembayaran dengan tap debit card. Karenanya, ini menjadi metode pembayaran yang paling direkomendasikan dibandingkan cash. Bedanya dengan di Indonesia, debit card di sini sudah pasti bisa digunakan untuk pembayaran dengan tap, ditandai adanya tanda seperti wifi kartu tersebut. Di Indonesia, baru beberapa bank yang menyediakan fitur ini, misalnya Mandiri dan CIMB Niaga.  
  • Di Perth, hampir tidak ada (atau memang tidak ada ya(?)) penjual street food. Makanan atau minuman hanya dijual di restoran/kedai/swalayan. Sayangnya harga-harga makanan/minuman jadi di sini cenderung kurang terjangkau. Sekali makan, apapun menunya, kita akan keluar uang minimal $10 alias (kisaran Rp110.000). Jadi, menurut saya, memasak adalah cara terbaik untuk lebih sehat finansial selama tinggal di Perth.
  • Bisnis di Perth cenderung homogen. Misalnya di bidang retail kebutuhan pokok, pasar dikuasai oleh beberapa nama seperti Coles, Woolworths, dan IGA. Contoh lain, Chemist Warehouse adalah salah satu retail kosmetik dan drugstore yang menguasai pasar. Ini beda dengan di Indonesia yang punya banyak UMKM lokal yang memberikan opsi memenuhi kebutuhan pokok.
  • Jarang sekali ada pasar tradisional, terutama di wilayah kota. Tempat belanja kebutuhan sehari-hari bagi semua kalangan adalah swalayan seperti Coles dan Woolworths.
  • Ada beberapa pilihan toko Asia yang bisa membantu mengobati kangen dengan masakan Indonesia, misalnya Kongs. Swalayan juga menjual beberapa produk dan bumbu Asia, tapi tidak ada yang menandingi lengkapnya pilihan belanjaan di Kongs.
  • Ada peraturan trading hours yang membuat bisnis-bisnis akan tutup di hari dan jam tertentu, bahkan yang lokasinya di pusat kota sekalipun. Standard trading hours untuk toko-toko retail di daerah Perth adalah pukul 8am-9pm untuk Senin sampai Jumat, pukul 8am-5pm untuk hari Sabtu, dan pukul 11.00am-5.00pm di hari Minggu. Artinya selain di jam-jam tersebut, toko retail akan tutup.
  • Beberapa marketplace yang umum digunakan di kota ini adalah Temu dan Amazon. Bedanya dengan toko oren di Indonesia, waktu kirim barang lebih lama sehingga sebaiknya untuk kebutuhan urgent lebih mengandalkan toko offline
  • Kmart sahabat mahasiswa dan semuanya. Kmart adalah retail yang menyediakan perlengkapan rumah tangga seperti peralatan dapur, elektronik, perabotan, hingga pakaian dengan harga yang sangat murah tapi kualitasnya tidak kaleng-kaleng. Sebagai contoh, saya membeli magicom dengan harga $15 (sekitar Rp160.000). Jadi selama ada Kmart, kebutuhan mahasiswa aman.

Swan River during sunset (sumber: dokumentasi pribadi)

Ketiga, ritme kehidupan Kota Perth. Menurut pengamatan saya, Perth adalah kota yang menjadi representasi work-life balance. Orang-orang bekerja sesuai jam kerja: jarang lembur dan pulang tepat waktu.

Mungkin juga merupakan efek dari trading hours yang pada hari Minggu bisnis retail harus tutup lebih awal dibanding hari lain, orang-orang Perth tidak banyak menghabiskan waktu di luar rumah pada hari Minggu, terutama malam hari. Konon katanya, orang-orang lebih suka beristirahat di rumah atau berkumpul bersama keluarga.

Perth City view dari Kings Park (sumber: dokumentasi pribadi) 

Keempat, musim dan cuaca.

  • Tidak ada salju selama musim dingin di Perth. Meskipun termasuk ke dalam negara empat musim, namun secara geografis, Perth tidak menjadi daerah yang dihujani salju. Pergantian musim dari musim gugur ke musim dingin pun cukup samar karena tidak banyak yang berubah selain suhu yang semakin menurun. Namun demikian, suhu musim dingin di Perth tidak terlalu rendah jika dibandingkan kota-kota lainnya seperti Melbourne dan Sydney. Selama musim dingin ini, suhu terendah mencapai 4 derajat saja. Kota-kota lain lebih ekstrem. Perth juga disebut sebagai kota yang punya sinar matahari rata sepanjang tahun.
  • Produk Indonesia untuk di Indonesia, produk Australia untuk Australia. Mengapa begitu? Contohnya sabun mandi. Saya membawa sabun mandi dari Indonesia untuk dipakai di Perth. Namun setelah beberapa hari pemakaian, kulit saya menjadi kering dan gatal. Solusinya ternyata mudah, yaitu berganti memakai sabun mandi yang dijual di Perth. Ini mungkin karena memang produk di tiap negara diformulasikan sesuai dengan iklim dan cuaca setempat.  

Kelima, keseimbangan ekosistem.

  • Keseimbangan hidup antara manusia, binatang, dan lingkungan di Perth sangat mengagumkan. Tidak heran jika saat kita duduk di pinggir Swan River, ada gagak atau burung kecil yang mendekati kita tanpa rasa takut. Ini karena antara satu sama lain tidak saling membahayakan.
  • Ketika belanja sebaiknya membawa tas belanja, karena toko tidak menyediakan plastik untuk mengantongi belanjaan. Jika tidak punya atau tidak membawa tas belanja, kita bisa membeli tas belanja di tempat kita berbelanja dengan harga yang terjangkau, biasanya di bawah $1, dan bisa digunakan untuk berbelanja selanjutnya. Ini menjadi bentuk komitmen kuat bisnis terhadap isu keberlanjutan.
  • Lingkungan Perth sangat-sangat bersih dan rapi.

Swan River (sumber: dokumentasi pribadi)

Keenam, cara orang berkomunikasi.

  • Orang-orang di Perth cenderung sangat ramah. Baik saat komunikasi bisnis, misalnya melayani pelanggan, atau di luar bisnis sekalipun, orang-orang sangat ramah.
  • Jangan kaget ketika di toko/swalayan ada yang menanyai "How are you?". Sapaan ini bukan berarti kita terkenal (dikenal staf tokonya), tapi ini merupakan sapaan yang umum seperti pengganti kata "Hello/hi!". Kita bisa menjawab "I am fine/good" tapi tidak harus bertanya kembali kabar sebaliknya.
Sekian sharing keunikan yang saya temui selama tiga bulan tinggal di Perth. Semoga ada manfaat yang bisa didapatkan, terutama untuk teman-teman yang ingin berkunjung atau tinggal di Perth. Jika ada koreksi atau tambahan, feel free to tell me ya!

2 komentar:

  1. Masya Allah,, serasa ikut mengamati langsung

    Barakallah Mbak Lufi, semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dalam menuntut ilmu di sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Mbak Meta. Terima kasih sudah mampir di blog ini ya mbak. Semoga ada manfaat. Aamiin.

      Hapus